melalui proses cukup panjang dan melelahkan, akhirnya, sebuah kumpulan puisi dan cerpen berjudul "Sebilah Sayap Bidadari" telah terbit. Buku ini melibatkan 42 orang penulis di dalamnya. sebuah proses kratif dan kepedulian berpadu-padan. Semoga jadi amal sholeh bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penulisan naskah sampai pada penerbitan antologi ini. Antologi ini diterbitkan atas kerjasama Pustaka Fahima dan Jaringan Penulis Indonesia.

Buku ini dapat ditemukan di toko-toko buku seperti GRAMEDIA, TOGA MAS, SOCIAL AGENCY,dan lain-lain . di seluruh Indonesia.

Beberapa catatan perjalanan bersama CMC

sebuah media penyampai informasi tentunya memiliki beberapa persyaratan mutlak, seperti keotentikan informasi yang disampaikan; keberimbangan informasi; keterbebasan informasi dari penjejalan ide reporternya; juga yang tak kalah pentingnya update informasi dan ketajaman serta kejelasan menyampaikan informasi.

Berangkat dari asumsi umum di atas, saya melihat adanya pergerakan serius dari Canduang Media Centre untuk menjadi kiblat informasi di Kecamatan Canduang yang merupakan ruang lingkup pemberitaan CMC. Para "urang Dapua" yang akhir-akhir ini disibukkan oleh bagaimana membenahi media ini secara lebih baik, juga telah berupaya (sejauh ini) saya lihat, untuk mendedahkan reportase apapun seputar Kecamatan Canduang dengan secepat, setepat dan seakurat mungkin.

Camat Canduang sendiri, Monisfar S.Sos, akhir-akhir ini, sibuk berkasak-kusuk kesana-kemari, menginformasikan sejauh mana perjalanan media nirlaba ini. Seorang Founding Father yang baik tentunya seperti itu, tidak hanya menggadang-gadang telah menemukan sesuatu, lantas membiarkannya terbengkalai menjadi sebuiah proyek mercusuar dan menara gading yang semakin tinggi dan tak terdaki. Saya betul-betul terperanjat kagum dengan sang Fonding Father yang satu ini, seorang mantan jurnalis yang sampai hari ini masih belum kehilangan taring sebagai seorang jurnalis dan berusaha mengejawantahkannya pada Canduang Media Centre yang hari ini dibangun dengan semangat kebersamaan dan peduli kampung halaman.

Alih-alih, Camat Canduang yang notabene bukan putra Canduang, tapi mempunyai spirit yang luar biasa membangun Canduang dengan berbagai cara, salah satunya lewat media pemberitaan ini, tentunya ruang pemahaman kita tentang seorang jurnalis, reporter atau apalah namanya,akan semakin diperkaya oleh sebuah kenyataan yang mencengangkan ini: pengabdian dan panggilan jwa seorang jurnalis. Bayangkan!

Kembali kepada asumsi media penyampai informasi di atas, saya juga sangat sepakat kalau para "urang dapua" lebih kritis lagi, lebih korektif lagi dalam menyajikan reportase, berarti para "urang dapua" mesti berbenah lagi dengan lebih "serius", semenjak dari memilih bahan berita, memperbanyak ragam berita, menganalisis berita yang bakal digelontorkan, dan mengoreksi ulang setiap detil kata dan kalimat yang bakal dipublish dan dikonsumsi publik.

Beberapa waktu yang lalu saya mendapat "jatah" sebuah baju seragam "urang dapua" CMC yang sangat eksklusif dan elegan. Saya girang bukan main, bangga bukan main dan "ongeh" bukan main. Kemana-mana baju itu saya "palanggak-langgak"kan ("tak gendong kemana-mana" versi Mbah Surip alm.), tapi apa lacur, akhir-akhir ini saya sadar juga, bahwa seragam CMC secara teoritis-historis adalah sebuah bentuk kerja keras, sebuah pengabdian setulus hati, sebuah kejujuran dan kerendahan jiwa untuk "berkata", juga sebuah kerelaan memberi tanpa memandang kembali ( karena dari berbagai sumber saya mendapatkan informasi bahwa baju seragam tersebut dibeli oleh Camat Canduang dengan merogoh koceknya sendiri dan baju dengan disain eksklusif itu saya dapatkan "perai" alias gratis). Tentang baju itu, saya akhirnya betul-betul tafakur, termenung lama sekali. Ada tugas sangat berat di pundak untuk betul-betul serius membenahi CMC, tanpa pamrih, tanpa "ongeh" dan tanpa "mampalanggak-langgak"kan.

Disamping beberapa hal yang telah saya sebutkan di atas, masih terdapat beberapa hal menggelitik dari CMC yang masih sangat muda ini, diantaranya: Web Hosting yang dipergunakan masih "numpang" di blogger (walaupun domainnya sudah "dibelikan" oleh salah seorang dermawan beberapa waktu lalu). Pernah juga disain dan template CMC dikritik habis-habisan karena mengganggu pandangan di sana-sini, fontnya yang tidak bersahabat dengan mata dan lain sebagainya. Masukan bagus nya dari kritikan salah seorang perantau canduang dan kini berdomisili di Pekanbaru sebagai seorang dosen pemrograman web ini kepada "urang dapua" adalah, jadikan CMCini menjadi sebuah web profesional dengan dilengkapi data base memadai serta mempergunakan bahasa pemrograman utuh untuk merancang disain serta tampilan CMC agar lebih baik dan menarik.

Soft opening pada tanggal 08 Maret besok sudah semakin dekat. Mudah-mudahan catatan singkat ini mampu menjadi stimulus yang sehat buat seluruh "urang dapua",Founding Father, simpatisan, pengunjung,dermawan, kontributor dan seluruh perantau Canduang yang sempat "singgah" di web CMCini, bahwa ada yang lebih agung untuk diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, seserius mungkin dan sepenuh pengabdian serta cinta kampung halaman, yaitu keseriusan menyumbangkan apapun yang bisa kita sumbangkan sebagai bukti kita ada dan hadir sebagai seorang pencinta tanah tapian. Salam!
 
LASI Nagaritude | Lasi Tuo | Lasi Mudo | Pasanehan| About Us | Contact Us

Copyright © 2009 jalan kata |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.